Dalam dunia bisnis yang penuh persaingan, banyak perusahaan yang merasa puas hanya menjadi “cukup baik” (good). Namun, ada sebagian kecil yang mampu melompat ke level berikutnya: menjadi hebat (great). Jim Collins dalam bukunya yang terkenal, Good to Great, menjawab pertanyaan besar: Apa yang membedakan perusahaan biasa dengan perusahaan hebat?
Buku ini bukan sekadar teori manajemen. Ia lahir dari riset mendalam terhadap 1.435 perusahaan selama 40 tahun. Hasilnya, hanya 11 perusahaan yang lolos seleksi sebagai perusahaan yang benar-benar mengalami lompatan dari baik menjadi hebat, dan mampu mempertahankan performanya selama setidaknya 15 tahun. Dari sinilah lahir tujuh konsep utama yang menjadi kerangka transformasi bisnis.
Artikel ini akan membahas secara lengkap isi buku Good to Great, dilengkapi contoh aplikatif dan panduan penerapan dalam konteks bisnis modern, termasuk untuk startup dan UMKM.
1.1 Latar Belakang Penulisan Buku
Jim Collins adalah seorang konsultan dan penulis bisnis yang juga dikenal dengan karyanya Built to Last. Dalam Good to Great, ia ingin mengungkap transformasi perusahaan secara sistematis—bagaimana perusahaan biasa bisa menjadi luar biasa, bukan karena keberuntungan atau kondisi eksternal, tapi karena keputusan internal yang konsisten dan disiplin.
1.2 Metodologi Riset
Collins dan timnya mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang memenuhi tiga kriteria:
- Pernah mengalami kinerja biasa selama 15 tahun,
- Mengalami lompatan signifikan dalam performa (dalam bentuk return saham), dan
- Mempertahankan performa itu selama 15 tahun atau lebih.
Hasilnya hanya 11 perusahaan yang memenuhi semua kriteria ini. Mereka kemudian dibandingkan dengan perusahaan pembanding yang mirip namun tidak mengalami lompatan hebat. Ini menciptakan fondasi kuat untuk mengidentifikasi faktor-faktor pembeda.
2.1 Level 5 Leadership: Kepemimpinan Rendah Hati dan Tegas
Pemimpin perusahaan hebat ternyata bukan orang dengan ego besar atau karisma luar biasa. Mereka adalah sosok yang dikenal dengan kepemimpinan Level 5—kombinasi antara kerendahan hati pribadi dan kemauan profesional yang kuat.
Contohnya, Darwin Smith dari Kimberly-Clark, yang memutuskan menjual bisnis utama mereka dan fokus pada produk konsumen. Keputusan itu dianggap gila, tapi terbukti mengubah perusahaan menjadi pemimpin pasar.
Karakteristik Level 5 Leader:
- Tidak haus pujian pribadi,
- Fokus pada kesuksesan jangka panjang,
- Berani mengambil keputusan besar tanpa publisitas berlebihan.

Good to Great – Jim Collins
2.2 First Who, Then What: Tim yang Tepat Sebelum Strategi
Alih-alih menentukan strategi lalu merekrut orang, perusahaan hebat melakukan sebaliknya: mereka memilih orang yang tepat terlebih dahulu.
“Letakkan orang yang tepat di bus, lalu baru tentukan ke mana bus itu akan melaju.”
Hal ini membentuk budaya tanggung jawab dan fleksibilitas tinggi karena tim diisi orang-orang yang sevisi dan berintegritas.
2.3 Confront the Brutal Facts: Hadapi Fakta, Jangan Abaikan Realitas
Perusahaan hebat menciptakan budaya di mana kebenaran tidak ditutup-tutupi. Mereka bersedia menghadapi data dan fakta meskipun menyakitkan.
Collins menyebut ini sebagai Stockdale Paradox: Tetap optimis terhadap masa depan, tapi tidak menolak kenyataan yang keras hari ini.
2.4 The Hedgehog Concept: Fokus pada Inti Kekuatan
Konsep ini lahir dari analogi landak versus rubah. Rubah tahu banyak hal, tapi landak tahu satu hal yang sangat penting dan dia lakukan itu dengan luar biasa.
Perusahaan hebat fokus pada perpotongan tiga lingkaran:
- Apa yang bisa mereka lakukan paling baik di dunia,
- Apa yang mereka cintai (passionate), dan
- Apa yang mendorong mesin ekonomi mereka.
Contoh: Walgreens, yang fokus hanya pada apotek dan menghindari diversifikasi yang tidak relevan. Hasilnya? Return saham mereka jauh mengalahkan pasar.

Good to Great – Jim Collins
2.5 Culture of Discipline: Disiplin yang Terarah
Budaya disiplin bukan berarti kaku atau birokratis. Ini tentang:
- Memiliki sistem yang jelas,
- Orang-orang yang bertanggung jawab penuh,
- Kebebasan dalam koridor disiplin yang sudah disepakati.
Budaya ini memungkinkan perusahaan bergerak cepat tanpa kehilangan arah.
2.6 Technology Accelerators: Gunakan Teknologi Sebagai Alat, Bukan Tujuan
Berbeda dengan perusahaan biasa yang mengejar teknologi demi tren, perusahaan hebat hanya menggunakan teknologi yang sejalan dengan Hedgehog Concept mereka.
Teknologi bukan pengubah arah, tapi akselerator dari arah yang sudah ditentukan.
2.7 The Flywheel and the Doom Loop: Momentum dari Konsistensi
Transformasi besar terjadi bukan dari satu gebrakan besar, tapi dari ribuan langkah kecil yang konsisten. Inilah konsep flywheel—roda raksasa yang awalnya sulit digerakkan, tapi jika terus didorong, akhirnya berputar dengan sendirinya.
Sebaliknya, doom loop terjadi saat perusahaan terus mengganti strategi dan pemimpin tanpa arah yang jelas.
3.1 Untuk Startup
Startup bisa mengambil pelajaran dari prinsip First Who, Then What sejak awal. Meskipun ide bisnis penting, tapi tim adalah penentu kesuksesan.
Hedgehog Concept juga sangat relevan: jangan mencoba jadi segalanya sekaligus. Fokus pada satu hal yang benar-benar bisa menjadi keunggulan.
3.2 Untuk UMKM
UMKM sering menghadapi tantangan dalam hal sumber daya. Tapi prinsip Culture of Discipline dan Confront the Brutal Facts bisa sangat berguna:
- Mulai dari kejujuran terhadap kondisi keuangan,
- Bangun budaya kerja disiplin walau tim kecil,
- Gunakan teknologi yang mendukung efisiensi, bukan yang mahal dan rumit.
3.3 Untuk Lembaga Sosial atau Nonprofit
Jim Collins bahkan merilis edisi khusus Good to Great for the Social Sectors, karena prinsip dalam buku ini juga relevan untuk dunia nonprofit:
- Ukur dampak, bukan keuntungan,
- Cari pemimpin Level 5 yang fokus pada misi,
- Disiplin dalam program dan pengelolaan.
4.1 Terlalu Fokus pada Strategi Tanpa Orang yang Tepat
4.2 Tidak Menghadapi Fakta yang Ada
4.3 Mengejar Teknologi Tanpa Visi Jelas
4.4 Gonta-ganti Arah Tanpa Konsistensi
- Evaluasi kepemimpinan Anda – Apakah Anda termasuk Level 5 Leader?
- Audit tim Anda – Apakah orang yang ada sekarang adalah orang yang “tepat di bus”?
- Buat pertemuan brutal facts – Duduk bersama tim dan bahas kondisi nyata perusahaan Anda.
- Temukan Hedgehog Concept Anda – Petakan tiga lingkaran dan temukan titik fokus.
- Bangun budaya disiplin – Tetapkan sistem, bukan kontrol berlebihan.
- Evaluasi penggunaan teknologi – Apakah itu benar-benar mempercepat visi Anda?
- Dorong Flywheel – Fokus pada konsistensi. Jangan terjebak dalam doom loop.
Good to Great mengajarkan kita bahwa kesuksesan luar biasa bukan hasil dari satu keputusan besar, tetapi akumulasi dari langkah kecil yang konsisten, disiplin, dan berbasis fakta. Buku ini menjadi panduan penting bagi siapa pun yang ingin membangun bisnis berkelanjutan—baik CEO perusahaan besar, pemilik UMKM, pemimpin organisasi nonprofit, hingga pendiri startup.
Tidak ada jalan pintas menuju kehebatan. Tapi dengan prinsip-prinsip yang terbukti ini, siapa pun bisa memulai perjalanannya dari “baik” menuju “hebat”.
“Greatness is not a function of circumstance. Greatness, it turns out, is largely a matter of conscious choice and discipline.” – Jim Collins