Pernahkah Anda mendengar tentang “design thinking”? Istilah ini cukup popular dalam dunia bisnis. Banyak perusahaan, baik skala besar maupun kecil, menggunakannya sebagai salah satu metode untuk memecahkan masalah.
Menurut Anda, apa saja masalah yang biasa dihadapi oleh pemilik usaha? Tentunya banyak. Mulai dari kesulitan menentukan produk yang akan dirilis, rendahnya tingkat penjualan hingga ketatnya persaingan dengan pengusaha yang lain. Hal-hal tersebut seringkali membuat sebuah usaha mengalami kegagalan. Jika dibiarkan berlanjut, tentu seorang pengusaha harus menerima pil pahit berupa kerugian.
Apapun kendala yang Anda sendiri temui dalam perjalanan bisnis, poin penting yang harus dilakukan yaitu segera mendapatkan solusinya. Meskipun ada pepatah mengatakan “pengalaman adalah guru terbaik”, tidak ada salahnya Anda mencari cara paling efektif sejak awal untuk mengatasi “kemungkinan” permasalahan dalam berbisnis. Misalnya dengan menerapkan metode design thinking.
Apa itu design thinking dan asal usulnya?
Design thinking merupakan sebuah metode pemecahan masalah yang terfokus pada pengguna atau user. Dalam prosesnya, Anda perlu menempatkan diri sebagai calon konsumen agar memahami apa yang mereka butuhkan. Kemudian, temukan solusi efektif yang tidak hanya praktis tetapi juga kreatif untuk menjembatani pengguna memenuhi kebutuhan tersebut.
Design thinking pada awalnya merupakan istilah yang diperkenalkan oleh para akademisi di tahun 1980an, termasuk Bryan Lawson dan Nigel Cross. Keduanya melihat pemikiran ini sebagai metode yang digunakan oleh para desainer pada waktu itu untuk memecahkan masalah.
Orang-orang yang memiliki latar belakang ilmu desain, arsitek misalnya, cenderung menggunakan pikiran mereka untuk menggambarkan masa depan dan menciptakan hal baru. Selain itu, mereka juga melibatkan klien dan menerima masukannya untuk mengetahui hasil seperti apa yang diinginkan.
Menurut Bryan Lawson, Nigel Cross dan para akademisi tahun 1980an, design thinking merupakan cara penyelesaian masalah yang efektif untuk diterapkan di masa depan. Hal ini dikarenakan semakin kompleksnya kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat modern. Terlebih lagi, metode design thinking juga dirumuskan dengan menitikberatkan pemahaman terhadap kebutuhan klien, bukan semata-mata berdasarkan data atau pengalaman di masa lalu.
Pada tahun 1990an, design thinking mengalami perluasan dalam penerapan. Salah satunya dalam dunia bisnis yang dipelopori oleh sebuah perusahaan konsultan desain produk dan industrial, IDEO. Perusahaan ini menggunakan metode tersebut sebagai upaya memahami apa yang dibutuhkan oleh pelanggan sampai akhirnya berhasil mengeluarkan produk yang sukses di pasaran.
Tahapan-tahapan dalam design thinking
Masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia di masa modern menjadi semakin kompleks. Penyebabnya tentu beragam. Di sisi lain, metode pemecahan masalah juga ikut mengalami perubahan, termasuk design thinking.
Awalnya proses design thinking meliputi 3 tahapan, seperti yang dilakukan perusahaan IDEO pada tahun 2000 awal, yaitu inspirasi, ide dan implementasi. Kemudian, di tahun 2010, saat design thinking menjadi metode pemecahan masalah yang popular, proses penggunaannya menjadi semakin berkembang dan bervariasi. Salah satunya yang diperkenalkan oleh Prof. Liedtka dari Universitas Virginia menjabarkannya dalam 4 tahapan, “What is? What if? What vows? Dan What works?”.
Dari banyaknya inovasi yang ada dalam penjabaran tahapan design thinking, ada satu yang hingga saat ini cukup terkenal dan dijadikan rujukan. Inovasi tersebut dirumuskan oleh Universitas Stanford (d.school) yang terdiri dari 5 tahapan, yaitu:
1. Empathize
Emphasize atau empati ditujukan kepada user, pengguna atau calon konsumen. Anda diharuskan untuk memahami sudut pandang mereka terhadap sebuah produk, termasuk kebutuhan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
Dalam prakteknya, Anda tidak boleh mengandalkan asumsi, tetapi lakukan riset ke lapangan atau jalankan beberapa cara berikut:
- Konsultasi dengan para ahli di bidang yang berkaitan dengan produk
- Diskusi dengan desainer yang lain
- Wawancara calon pelanggan, missal lewat survey, untuk mendapatkan pemahaman kebutuhan mereka secara lebih personal
2. Define
Setelah mendapatkan gambaran jelas mengenai apa yang dibutuhkan pelanggan atau pengguna, Anda dapat menjalankan tahapan berikutnya, yaitu mendefinisikan masalah. Dalam prosesnya, tetaplah mengedepankan prinsip “user oriented” atau focus pada pengguna. Tentunya, Anda perlu melakukan penyesuaian mengikuti jenis bisnis yang dimiliki.
Salah satu cara yang umum dipilih dalam mendefinisikan masalah yaitu dengan membuat buyer persona. Anda bisa membuat daftar yang menggambarkan kebutuhan dan kondisi target konsumen melalui beberapa data, di antaranya:
- Informasi pribadi termasuk usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan sebagainya
- Tingkah laku
- Kebiasaan saat berbelanja atau melakukan transaksi keuangan lainnya
Berdasarkan buyer persona tersebut, Anda akan dapat mengelompokkan jenis konsumen dan permasalahannya sehingga lebih mudah menemukan solusi yang paling sesuai.
3. Ideate
Tahapan ini mulai menantang, sebab Anda harus memikirkan ide tentang solusi yang efektif dan cocok untuk calon konsumen. Menariknya, Anda memiliki kebebasan memunculkan ide apa saja.
Ajak semua anggota tim marketing bekerja sama untuk memperoleh ide-ide brilian. Anda bisa memilih teknik yang paling sesuai, seperti brainstorming,worst possible idea,brainwrite atau SCRAMPER. Setelah memperoleh masukan-masukan potensial, kerucutkan pembahasan hingga mencapai kesepakatan akan ide yang dinilai paling efektif dari semuanya. Untuk lebih mudahnya, Anda dapat membuat pertimbangan berdasarkan kelayakan teknis, ekonomi dan keinginan pengguna.
4. Prototype
Prototype adalah model produk yang dibuat dalam skala kecil yang dapat Anda gunakan sebagai contoh atau simulasi. Fungsinya yaitu untuk memperjelas dan menguji penerapan ide yang telah dipilih sebelumnya. Bentuknya pun bisa beragam, seperti sketsa, mockup, dan lain sebagainya.
5. Test
Test atau pengujian merupakan tahapan kelima dari proses design thinking. Anda dapat mulai menawarkan prototype atau sample ke target konsumen. Anda akan memperoleh gambaran bagaimana kesan mereka terhadap produk, apakah fungsi dan desainnya sudah sesuai, serta spesifikasi produk seperti apa yang benar-benar dibutuhkan oleh para pengguna tersebut.
Meskipun pengujian disebut sebagai tahapan terakhir, nyatanya metode design thinking bisa menjadi sebuah siklus yang berulang. Setelah prototype dilempar ke pasaran, Anda mungkin akan dapat mengetahui lebih jelas apakah produk sudah benar-benar sesuai dengan kebutuhan para pengguna. Jika belum, maka lakukan lagi tahapan design thinking dari awal berdasarkan hasil pengujian tersebut hingga memperoleh produk yang bisa dikatakan sempurna.
Penerapan design thinking dalam inovasi marketing
Setelah memahami tentang pengertian, elemen dan tahapan design thinking, Anda tentu sudah mulai memperoleh gambaran bagaimana menerapkannya dalam strategi marketing perusahaan, bukan? Melalui metode ini, Anda bisa lebih paham apakah suatu produk dapat diterima oleh calon konsumen dengan baik atau tidak.
Metode design thinking sendiri dapat diterapkan tidak hanya saat sebelum sebuah produk diluncurkan. Anda juga tetap bisa menggunakannya ketika sedang mengalami kendala dalam pemasaran. Melalui design thinking, Anda akan lebih mudah melakukan inovasi strategi marketing dan menemukan cara mana yang lebih efektif untuk mengeluarkan produk yang mampu bersaing di pasaran serta meningkatkan omset penjualan. Apabila masih kesulitan dalam penerapan ini, jangan ragu untuk langsung menghubungi nextup.id untuk memperoleh saran terbaik.
pelatihan umkm, pelatihan bagi pemilik usaha kecil, pelatihan umkm digital, training bisnis, pelatihan untuk umkm, kursus bisnis digital, training wirausaha, pelatihan digital marketing untuk umkm, pelatihan online, lembaga pelatihan, pelatihan kewirausahaan, pelatihan hrd, pelatihan it, pelatihan online bersertifikat, pelatihan bisnis, pelatihan ukm
Nextup.id merupakan platform yang mempertemukan antara professional bisnis dan pelaku usaha dalam rangka meningkatkan kapasitasnya untuk naik kelas
Phone: +62 858 0333 2788
Instagram: nextup_id